
PORTALSUBUHBIZID, Jakarta – Sebuah insiden tragis terjadi di kawasan perumahan elit Jakarta Selatan, ketika seorang anak majikan diduga membunuh seorang satpam yang bekerja di rumahnya. Kasus ini langsung menarik perhatian publik karena melibatkan kekerasan yang tidak terduga di lingkungan yang seharusnya aman.
Kejadian berlangsung pada Selasa malam (5/1/2025). Korban, seorang pria berusia 38 tahun yang telah bekerja selama lima tahun sebagai satpam di rumah tersebut, ditemukan tewas di pos keamanan dengan luka tusuk di beberapa bagian tubuhnya.
Menurut keterangan saksi mata, suara keributan terdengar dari arah pos sekitar pukul 22.00 WIB. Salah seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, “Saya mendengar teriakan dari pos, lalu melihat pelaku melarikan diri ke dalam rumah. Saat itu, saya langsung melapor ke polisi.”
Pelaku, seorang pemuda berinisial AM (25), adalah anak pemilik rumah. Ia ditangkap di lokasi kejadian tanpa perlawanan setelah pihak kepolisian tiba.
Berdasarkan hasil penyelidikan awal, motif pembunuhan diduga dipicu oleh konflik pribadi. Pelaku merasa kesal karena korban menolak permintaannya untuk membukakan gerbang lebih awal dari jadwal.
Kapolsek Jakarta Selatan, Kompol Heru Santoso, menjelaskan, “Pelaku merasa tersinggung karena korban dianggap tidak menghormatinya sebagai anak majikan. Konflik ini memanas hingga akhirnya berujung pada aksi kekerasan.”
Namun, polisi belum menutup kemungkinan adanya motif lain di balik kasus ini. Saat ini, pelaku masih menjalani pemeriksaan intensif di kantor kepolisian.
Keluarga korban yang tinggal di Bekasi merasa sangat terpukul dengan kejadian ini. Istri korban, yang baru saja melahirkan anak kedua mereka, menangis histeris saat mengetahui berita tersebut.
“Kami tidak menyangka dia pergi dengan cara seperti ini. Dia adalah tulang punggung keluarga kami,” ujar istri korban sambil menahan tangis.
Rekan-rekan sesama satpam di lingkungan perumahan tersebut juga mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam. “Dia orang yang baik dan selalu ramah kepada siapa pun,” kata seorang kolega korban.
Kasus ini memicu reaksi keras dari masyarakat. Banyak yang mengecam tindakan pelaku sebagai bentuk arogansi yang tidak bisa ditoleransi. Media sosial dipenuhi komentar yang meminta keadilan untuk korban dan hukuman berat bagi pelaku.
Di sisi lain, Komnas HAM menyoroti pentingnya pendidikan karakter di lingkungan keluarga sebagai salah satu upaya untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
“Setiap individu, terlepas dari status sosialnya, harus diajarkan tentang penghormatan terhadap orang lain. Kasus ini menjadi refleksi bagi kita semua,” ujar Anwar Hidayat, anggota Komnas HAM.
Pelaku saat ini dikenakan pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup. Polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk pisau yang digunakan dalam kejadian tersebut.
“Kami memastikan proses hukum berjalan transparan dan sesuai prosedur. Tidak ada toleransi untuk tindakan seperti ini,” tegas Kapolsek Heru.
Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa rasa hormat dan empati harus selalu dijaga dalam setiap interaksi, tanpa memandang status sosial. Sementara keluarga korban berharap keadilan segera ditegakkan, masyarakat diharapkan terus mengawal kasus ini hingga tuntas.